serasa kopi,

alhamdulillah.
aku sebagai hamba seharusnya memang mengatakan itu.
mungkin bisa sebagai bentuk penghambaan ku, bentuk dari rasa syukur ku, bentuk dari rasa ikhlas ku.
semoga seperti itu.

hari hari berlalu, umur ku terus berkurang,
hari demi hari yang telah berlalu itu terus mengajarkan ku melalui banyak kejadian.
tahun ini, aku bertekad untuk bisa lebih dewasa.
'dewasa' itu yang harus aku miliki, dewasa dalam menjalani prioritas hidup ku, dewasa dalam mengambil segala keputusan ku, dewasa atas sikap ku, dewasa menangani masalah, dewasa menjalani kesabaran, dewasa dalam bertindak berpikir bertutur kata.
semoga yang disemogakan itu bisa ku lalui.

butuh waktu sendiri memang, untuk sekadar menulis blog.
aku bukan penulis, tapi aku akan bertanggung jawab atas tulisan ku nanti,
apa yang ada di dalam blog ini, semua yang benar benar ingin aku ceritakan, atas pengalaman yang mungkin sedikit ada gunanya jika aku tulis.
daripada aku sekedar mengoceh, banyak bicara, apalagi yang kuceritakan selalu tentang diriku di hadapan orang-orang, mungkin ada sebagian yang mendengarkan.
tapi, sebagian yang lain?
tak semua orang bisa bersabar dan terus menjadi pendengar yang baik, sekalipun mungkin memang dia sahabat dekat kita.
terkadang waktu mengajarkan kita, allah menitipkan sahabat agar kita bisa saling memahami.
maka dengan itu, lepaskanlah sedikit ego mu, ego kita, karena pada hakikatnya semua orang ingin didengarkan, mulai dari sekedar hal kecil, kejadian hari hari nya..
mungkin tak sebegitu penting bagi mu, bagi kita, tapi percayalah, dengan itu kamu bisa belajar banyak melalui sedikit demi sedikit menghargai hal kecil pada orang lain, pada teman, pada kakak, pada adik, bahkan dengan orang tua.
dengan nya, aku banyaak belajar.

bismillah, hari ini aku ingin berdiri pada pondasi yang baru.
bukan berarti aku meninggalkan pondisi lama ku, hanya saja memperbaiki situasinya.
memperbaiki yang rusak, menjaga yang benar.

tepat tiga tahun lalu, aku pernah berkata dalam hati, bahkan mungkin aku yakini suatu kejadian dalam diri ini akan terjawab entah beberapa tahun setelahnya.
hari demi hari aku terus lalui dengan kaki yang mungkin akan roboh.
aku percaya tapi tak begitu yakin.
aneh nya aku terus terus dan terus mengulangi hal yang sama.
terkadang jika hal itu terlintas, aku terus mencoba untuk husnudzon.
oh mungkin allah punya maksud lain, yang lebih baik.
iya seperti itu tiap hari pikiran ku.

bagaimana rasanya berdiri tiap hari di atas kaki yang luka?
.
.
terkadang beban masalah ini aku pecahkan dengan banyak kegiatan lain,
terkadang sampai masa jenuh ku belum berlalu, aku baru menyadari aku sangat membutuhkan allah untuk kucurahkan segala ketidakmampuan aku menanganinya.
aku terus mengeluh kepadaNya, aku bilang aku tak kuat, aku tak mau merasakan ini lagi, aku ingin segera melupakannya.
doa yang terus aku pinta.
tanpa ku sedari, siapa diriku untuk meminta semua itu, ujian dikit ngeluh banyak.
dasar manusia, dasar aku.

sebenernya, tiap hari yang kulalui, aku terus berpikir berkali-kali terus menerus,
ada apa semua di balik ini?
apa ini berakhir seperti yang seharusnya?
apa aku akan terus seperti ini?
sampai kapan aku harus begini?
apa niat baik Allah di balik ini?
apa Allah ridho?
mengapa Allah tak kunjung mengizinkan aku melupakan semua tentang ini?
mengapa harus aku?
berapa lama lagi?
aku harus seperti apa?
sampai kapan aku berpura pura tidak apa apa?
.
.
bahkan saat matahari terbenam, pikiran itu masih tertanam, menyelimuti mata yang tak kunjung dapat terpejam, lalu seketika cuaca mendukung untuk hati yang tak kunjung padam.
lagi dan lagi.
air mata yang tak seharusnya keluar.
lagi dan lagi.
aku menyakiti pikiranku, hingga akhirnya ia menerobos untuk segera keluar.
lagi dan lagi.
aku melakukan kesalahan yang sama, tahu akan sakit tapi terus ku ulang.
.
mungkin dengan kejenuhan ini,
kuputuskan untuk lebih berpura pura melupakan.
tak ada yang seharusnya terpendam, semua akan berjalan.
semua allah telah atur.
meski kadang aku lelah, aku harus yakin akan ada ujung nya dari semua perjalanan ini,
aku harus yakin banyak yang menunggu aku di ujung sana,
aku harus yakin aku bisa terus melanjutkan perjalanan ku,
memang berat, memang butuh banyak persiapan, memang butuh banyak bekal, tapi aku harus yakin aku tak sendiri.
aku punya allah, aku punya allah, aku punya allah, aku punya allah, aku punya allah.
allah sudah cukup untuk menjadi alasan ku tetap kuat.
apalagi allah beri aku ummi dan abi untuk terus lebih menguatkan.
allah beri aku keluarga yang akan terus menemani perjalanan ini, ada ummi yang selalu akan membekali perjalanan ku, ada abi yang selalu siap siaga menopang beban bersama,
jika tak kuat katakanlah, kata abi padaku yang sedang roboh ditambah hujan deras.
.
.


Popular posts from this blog

derai daun kering

share 71!

untuk kedua heroku,